Pemanfaatan
Limbah Serbuk Kayu Gergajian Terdensifikasi Cangkang
Kelapa Sawit Sebagai Peningkat nilai Kalor Pengganti Bahan
Bakar
Oleh : Iman Saputra Pertama
Oleh : Iman Saputra Pertama
RINGKASAN
Bahan bakar minyak merupakan salah satu hasil bumi yang saat ini digunakan
sebagai sumber energi utama dalam mendukung aktivitas manusia. Menipisnya bahan
bakar minyak merupakan permasalahan yang dihadapi dalam usaha mencukupi kebutuhan energi
saat ini. Pada
umumnya, masyarakat di daerah perkotaan menggunakan bahan bakar minyak untuk keperluan aktivitas rumah tangga. Adapun salah satu bahan bakar
minyak yang digunakan adalah minyak tanah. Minyak tanah merupakan jenis minyak
bumi yang digunakan sebagai keperluan aktivitas dalam keperluan rumah tangga. Meningkatnya harga minyak mentah dunia menyebabkan terjadinya
kenaikan harga bahan bakar termasuk minyak tanah. Selain harga yang mahal
keterbatasan bahan bakar minyak juga menjadi salah satu faktor sulitnya
mendapatkan bahan bakar tersebut di daerah perkotaan. Oleh sebab itu, perlu
adanya upaya untuk mencari bahan bakar alternatif yang lebih murah dan tersedia
dengan mudah.
Sumber
energi alternatif yang banyak diteliti dan dikembangkan saat ini adalah energi
biomassa yang ketersediaannya melimpah, mudah diperoleh, ekonomis dan dapat
diperbaharui secara cepat. Menurut Kong (2010) biomassa merupakan sumber energi terbarukan dan
tumbuh sebagai tanaman. Pada umumnya biomassa yang memiliki nilai ekonomis
rendah atau merupakan hasil ekstraksi produk primer (El Bassam dan Maegaard,
2004).
Indonesia memiliki potensi energi biommasa sebesar 50.000 MW yang bersumber
dari berbagai biomassa limbah pertanian, seperti: produk samping kelapa sawit, penggilingan padi,
pabrik gula, kakao, dan limbah pertanian. Salah satu sumber energi biomassa
yang dapat dijadikan energi alternatif adalah limbah serbuk gergajiandan cangkang sawit.
Menurut
Setyawati,2003 Kebutuhan kayu yang terus meningkat dan potensi hutan yang terus berkurang
menuntut penggunaan kayu secara efisien dan bijaksana, antara lain dengan
memanfaatkan limbah berupa serbuk kayu menjadi produk yang bermanfaat. Serbuk kayu yang dihasilkan dari limbah
penggergajian kayu dapat dimanfaatkan menjadi briket arang, arang aktif,
komposit kayu plastik (Setyawati, 2003). Industri penggergajian kayu
menghasilkan limbah yang berupa serbuk gergaji 10,6%, sebetan 25,9% dan
potongan 14,3% dengan total limbah sebesar 50,8% dari jumlah bahan baku yang
digunakan. Produksi total kayu
gergajian Indonesia mencapai 2,6 juta m³ pertahun. Dengan asumsi bahwa jumlah limbah yang
terbentuk 54,24% dari produksi total, maka dihasilkan limbah penggergajian kayu
sebanyak 1,4 juta m³ per tahun. Angka tersebut
cukup besar karena mencapai sekitar separuh dari produksi kayu gergajian (Forestry
Statistics of Indonesia 1997/1998 dalam Pari, 2002).
Pada dasarnya, limbah biomassa dapat digunakan sebagai
bahan bakar secara langsung seperti halnya yang telah dilakukan oleh masyarakat
sejak dulu. Namun demikian, biomassa memiliki kelemahan jika dibakar secara
langsung karena sifat fisiknya yang buruk seperti kerapatan energi yang rendah
dan permasalahan penanganan, penyimpanan, dan transportasi . Peningkatkan kualitas pembakaran
biomassa, saat ini telah dikembangkan bahan bakar biomassa dalam bentuk pellet
yang dikenal dengan istilah biopellet. Di beberapa negara maju, seperti:
Jerman, Canada, dan Austria, biopellet dikembangkan sebagai bahan bakar
alternatif yang berasal dari kepingan kayu.Menurut Gumbira-Sa’id (2010) pellet kayu adalah salah satu jenis kayu
bakar, yang umumnya dibuat dari serbuk gergaji yang dipadatkan. Pellet kayu diproduksi dengan
menghancurkan bahan baku kayu menggunakan hammer
mill sehingga menghasilkan massa partikel kayu yang seragam. Massa partikel
kayu tersebut kemudian diumpankan kedalam mesin pengepres yang mempunyai
diameter lubang 6-8 mm dan panjang 10-12 mm (Mani et
al., 2004).
Biopellet mempunyai densitas dan keseragaman ukuran yang lebih baik dibandingkan biobriket. Keunggulan dari biopellet ini adalah dapat meningkatkan nilai kalori yang dihasilkan dari proses pembakaran. Selain itu, keseragaman bentuk dan ukuran biopellet juga dapat memudahkan proses pemindahan (transportasi) dari satu tempat ke tempat lain (Bhattacharya, 1998).
Salah satu parameter kualitas bahan bakar adalah nilai kalor yang dihasilkan dari proses pembakaran. Peningkatan nilai kalor bahan bakar biomassa dapat dilakukan melalui proses densifikasi. Densifikasi merupakan proses pengkompakan residu menjadi produk yang mempunyai densitas lebih tinggi daripada bahan baku aslinya (Bhattacharya, 1998). Proses densifikasi dalam pembuatan biopellet mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya: meningkatkan nilai kalor total per satuan volume, memudahkan transportasi dan penyimpanan produk akhir, mempunyai keseragaman bentuk dan kualitas, serta mampu mensubstitusi kayu hutan sehingga mengurangi kegiatan penebangan hutan.
Biopellet mempunyai densitas dan keseragaman ukuran yang lebih baik dibandingkan biobriket. Keunggulan dari biopellet ini adalah dapat meningkatkan nilai kalori yang dihasilkan dari proses pembakaran. Selain itu, keseragaman bentuk dan ukuran biopellet juga dapat memudahkan proses pemindahan (transportasi) dari satu tempat ke tempat lain (Bhattacharya, 1998).
Salah satu parameter kualitas bahan bakar adalah nilai kalor yang dihasilkan dari proses pembakaran. Peningkatan nilai kalor bahan bakar biomassa dapat dilakukan melalui proses densifikasi. Densifikasi merupakan proses pengkompakan residu menjadi produk yang mempunyai densitas lebih tinggi daripada bahan baku aslinya (Bhattacharya, 1998). Proses densifikasi dalam pembuatan biopellet mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya: meningkatkan nilai kalor total per satuan volume, memudahkan transportasi dan penyimpanan produk akhir, mempunyai keseragaman bentuk dan kualitas, serta mampu mensubstitusi kayu hutan sehingga mengurangi kegiatan penebangan hutan.
Gagasan penulisan ini ialah memberikan sebuah
informasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan limbah dari serbuk kayu
gergajian yang terdensifikasi cangkang buah sawit sebagai salah satu bentuk
energi alternatif yang ditawarkan dalam bentuk olahan hasil limbah kayu
gergajian dan cangkang buah sawit yang sudah tidak digunakan dan bisa diubah
manfaatnya sebagai biopellet. Kayu yang
merupakan bagian dari tanaman banyak digunakan sebagai salah satu bahan
industri tekstil. Pemanfaatan limbah kayu yang sudah tidak terpakai lagi merupakan
bentuk pengoptimalan penggunaan kayu pada umumnya sehingga dapat memberikan
solusi atas permasalahan energi dan dampak lingkungan akibat penggunaan bahan
bakar minyak. Selain itu penggunaan cangkang buah sawit sebagai media terdensifikasi
digunakan untuk peningkatan kadar kalor pembakaran pada biopellet yang
terbentuk dengan mensubtitusi cangkang sawit pada biopellet dari limbah serbuk
kayu gergajian, maka dapat menaikkan jumlah kalor yang ada pada biopellet
sehingga dapat memenuhi nilai kalor yang diperlukan pada saat pembakaran dan juga
mengoptimalkan penggunaan limbah buah sawit
yang tidak terpakai.